Sabtu, 10 Mei 2008

Sharing Data dan Pemancar Radio Portabel

Pemancar WiFi Berbahan Kaleng BekasTeknologi Nirkabel melalui WiFi sudah semakin populer. Teknologi ini layak menjadi pilihan karena kemudahan tanpa kabel. Karena kelebihan ini, Achmad Syaugie Alaydrus, Afril Andona, dan Gigih Catur Antoni berkeinginan membuat pemancar WiFi berbahan murah namun berfungsi maksimal.
Sesuai aturan di Indonesia, frekwensi sampai 2,4 GHz tidak dipungut biaya alias gratis. Maka, ketiga mahasiswa Teknik Elektro Universitas Surabaya ini memilih menggunakan kisaran frekwensi ini untuk pengembangan alat mereka.
“Inginnya, kami menggunakan tabung dengan bahan stainless steel untuk bahan dasar. Sayangnya sulit ditemui disini. Sebagai gantinya, kami gunakan kaleng bekas,” jelas Achmad Syaugie.
Kaleng bekas kemudian disulap menjadi organ utama. Kaleng bekas ini dipakai sebagai media penangkap sinyal. Kemudian pada kaleng ini ditanamkan inti kabel coaxial. Kabel ini berfungsi sebagai penyalur sinyal WiFi ke dan dari laptop.
Alat yang dikerjakan hampir satu tahun ini sudah diaplikasikan pada radio Ubaya. “Digunakan saat siaran langsung dari suatu tempat. Mirip pemancar keliling,” jelas Afril.
Ketika ada suatu even di tempat tertentu, tinggal membawa laptop dan pemancar berbahan kaleng bekas ini. Suara penyiar bisa langsung dikirim ke studio pusat melalui pemancar kaleng bekas tadi untuk kemudian diteruskan ke radio-radio penerima.
Penggunaan lain, pemancar ini bisa dipakai untuk sharing data dan koneksi internet. Komputer A di suatu tempat yang memiliki pemancar ini, akan bisa mengakses data komputer B di tempat lain yang juga dilengkapi pemancar yang sama. Meskipun dua komputer tersebut tidak terhubung jaringan.
Kemampuan terakhir dan paling menguntungkan, pemancar ini juga bisa menyalurkan koneksi internet. Pada contoh sebelumnya, jika komputer A punya akses internet, maka komputer B (tanpa koneksi internet) juga pasti bisa mengakses internet asal pemancar dinyalakan.
“Yang perlu diingat! Generasi pertama ini mampu menjangkau jarak sampai 600 meter, sinyal tidak bisa menembus dinding penghalang, dan pair to pair (komputer satu ke komputer lain, bukan banyak komputer ke satu komputer),” tambah Gigih.
Untuk pengembangan lebih lanjut, ketiga mahasiswa ini berencana untuk memperjauh jarak jangkauan sinyal WiFi. Caranya, dengan memperbesar diameter tabung, dan memperpanjang tabung.
“Secara teori hitungan, mestinya bisa mencapai jarak 3 kilometer. Tapi nanti kita lihat jadinya, apakah benar-benar seperti itu.

Tidak ada komentar: