Sabtu, 10 Mei 2008

Sihir Televisi

SETIBANYA di rumah, sepulang kerja, sore itu, Mano terperangah menatap kelopak mata istrinya yang kosong. Istrinya duduk bagaikan patung di depan pesawat televisi di ruang keluarga. ”Ya ampun!” pekik Mano, begitu ia melihat sepasang bola mata istrinya telah menempel di kaca televisi. ”Siapa yang menempelkan bola matamu di kaca televisi?””Bukan aku yang menempelkan bola mataku di kaca televisi itu, Mas. Tapi kaca televisi itulah yang tiba-tiba menyedot bola mataku,” jawab istrinya. Mano terheran-heran menatap kelopak mata istrinya yang sudah kosong itu. Tak ada darah. Tak ada luka. Benar-benar ajaib. ”Tolong cepat ambilkan bola mataku, sekalian letakkan ke dalam kelopak mataku, Mas,” pinta istrinya.Mano segera memungut dua butir bola mata milik istrinya yang menempel di kaca televisi itu, sebelum kemudian memasangkannya kembali ke tempatnya semula.

POLMAN ASTRA:Mencetak Ahli Industri Pendukung

Bengkel praktik Politeknik Manufaktur Astra.
Keberadaannya memang tidak sepopuler universitas negeri atau universitas terkemuka yang terdapat di Indonesia. Sebagian kalangan bahkan tidak mengetahui adanya lembaga pendidikan tinggi bernama Politeknik Manufaktur Astra (Polman Astra).Namun kehadirannya telah menjawab sebagian kebutuhan akan tenaga ahli terutama di bidang industri otomotif. Polman Astra yang pada awal pendiriannya tahun 1995 bernama, Akademi Teknik Federal (ATF) didirikan atas desakan kebutuhan tenaga ahli bidang pembuatan cetakan mesin atau mould maker. Studi Tekhnik Mesin merupakan jurusan pertama di lembaga pendidikan yang didirikan PT Federal Motor, produsen sepeda motor Honda, bekerjasama dengan Honda Motor Jepang ini.

Ceramah Bill Gates Dihadiri 2.500 Orang

Jakarta - Pendiri sekaligus pemilik Microsoft Corp, Bill Gates, dalam kuliah umumnya di hadapan sebanyak 2.500 peserta “Presidential Lecture” yang diselenggarakan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di JCC, Jakarta, Jumat (9/5) pagi, menyampaikan materi tentang perkembangan teknologi digital yang saat ini telah memasuki dekade ke-2. Bill Gates menilai saat ini teknologi informasi dan komunikasi (ICT) di seluruh belahan dunia sudah berkembang sangat pesat dan merata. Hal ini ditandai dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat dunia terhadap perangkat ICT. Berdasarkan catatan Bill Gates, pada dekade pertama ketika ia memulai bisnis di bidang ICT, angka penjualan komputer pribadi (PC) di seluruh dunia baru mencapai 241 juta unit. Namun, saat ini pertumbuhannya sudah sangat signifikan mencapai lebih dari 1,1 miliar unit. Demikian halnya dengan angka pengguna akses broadband internet yang tahun 1996 baru mencapai 1 juta pengguna, saat ini angkanya sudah mencapai 264 juta. “Perkembangan ICT saat ini demikian pesat. Ini menjadi tantangan bagi Microsoft untuk terus menciptakan software-software yang nantinya bisa berguna serta mendukung seluruh manusia,” kata Gates.Di sela-sela perkuliahannya, Bill Gates juga sempat mendemokan sebuah peranti lunak (software) terbaru yang dihasilkan Microsoft yakni software yang bisa berfungsi sebagai teropong bintang. Dengan peranti lunak tersebut, pengguna komputer bisa melihat angkasa luar secara jelas tentunya dengan bantuan foto satelit. Acara bertema “Presidential Lecture Featuring Bill Gates” menjadi istimewa karena juga menghadirkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu.“Software” GratisSebelumnya, Bill Gates ketika bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (8/5), berjanji akan memberikan bantuan kepada sekolah-sekolah di Indonesia dengan memberikan software gratis. Hal itu diungkapkan Menko Kesra Aburizal Bakrie yang ikut mendampingi Presiden Yudhoyono dalam pertemuan tersebut. Pemerintah me-mang menginginkan untuk memiliki komputer secara besar-besaran di Tanah Air, khususnya di tingkat SMP dan SMA

Sharing Data dan Pemancar Radio Portabel

Pemancar WiFi Berbahan Kaleng BekasTeknologi Nirkabel melalui WiFi sudah semakin populer. Teknologi ini layak menjadi pilihan karena kemudahan tanpa kabel. Karena kelebihan ini, Achmad Syaugie Alaydrus, Afril Andona, dan Gigih Catur Antoni berkeinginan membuat pemancar WiFi berbahan murah namun berfungsi maksimal.
Sesuai aturan di Indonesia, frekwensi sampai 2,4 GHz tidak dipungut biaya alias gratis. Maka, ketiga mahasiswa Teknik Elektro Universitas Surabaya ini memilih menggunakan kisaran frekwensi ini untuk pengembangan alat mereka.
“Inginnya, kami menggunakan tabung dengan bahan stainless steel untuk bahan dasar. Sayangnya sulit ditemui disini. Sebagai gantinya, kami gunakan kaleng bekas,” jelas Achmad Syaugie.
Kaleng bekas kemudian disulap menjadi organ utama. Kaleng bekas ini dipakai sebagai media penangkap sinyal. Kemudian pada kaleng ini ditanamkan inti kabel coaxial. Kabel ini berfungsi sebagai penyalur sinyal WiFi ke dan dari laptop.
Alat yang dikerjakan hampir satu tahun ini sudah diaplikasikan pada radio Ubaya. “Digunakan saat siaran langsung dari suatu tempat. Mirip pemancar keliling,” jelas Afril.
Ketika ada suatu even di tempat tertentu, tinggal membawa laptop dan pemancar berbahan kaleng bekas ini. Suara penyiar bisa langsung dikirim ke studio pusat melalui pemancar kaleng bekas tadi untuk kemudian diteruskan ke radio-radio penerima.
Penggunaan lain, pemancar ini bisa dipakai untuk sharing data dan koneksi internet. Komputer A di suatu tempat yang memiliki pemancar ini, akan bisa mengakses data komputer B di tempat lain yang juga dilengkapi pemancar yang sama. Meskipun dua komputer tersebut tidak terhubung jaringan.
Kemampuan terakhir dan paling menguntungkan, pemancar ini juga bisa menyalurkan koneksi internet. Pada contoh sebelumnya, jika komputer A punya akses internet, maka komputer B (tanpa koneksi internet) juga pasti bisa mengakses internet asal pemancar dinyalakan.
“Yang perlu diingat! Generasi pertama ini mampu menjangkau jarak sampai 600 meter, sinyal tidak bisa menembus dinding penghalang, dan pair to pair (komputer satu ke komputer lain, bukan banyak komputer ke satu komputer),” tambah Gigih.
Untuk pengembangan lebih lanjut, ketiga mahasiswa ini berencana untuk memperjauh jarak jangkauan sinyal WiFi. Caranya, dengan memperbesar diameter tabung, dan memperpanjang tabung.
“Secara teori hitungan, mestinya bisa mencapai jarak 3 kilometer. Tapi nanti kita lihat jadinya, apakah benar-benar seperti itu.

Sabtu, 03 Mei 2008

Perempuan Itu Menapaki Pasir di Pinggir Laut

Dengan Sepasang Kaki Telanjang
MASIHKAH ada orang yang percaya bahwa di laut ada seekor duyung yang tiap subuh selalu muncul di pinggri laut? Di punggungya tergerai rambut panjang yang terlepas dari sampul sanggul. Ia sering terlihat menapaki pasir di pinggir laut dengan sepasang kaki telanjang, namun ombak pasang akan segera menghapus jejak kakinya di pasir. Seolah segala bukti dan kecantikan tentang duyung itu dilipatsembunyikan oleh alam.
Duyung itu bisa memakai ekornya pun kakinya. Dan sepasang kaki itu, menurut orang yang pernah melihatnya, adalah sepasang kaki terindah yang pernah dilihat oleh mata manusia.
Sepasang kaki? Akan digunakan apa olehnya?
Ini adalah cerita yang sangat panjang, Tapi, betapa sedih atau pahit sebuah cerita dalam kehidupan ini mustilah diceritakan. Pun cerita mengenai seekor putri duyung dengan sepasang kaki telanjang yang ditapakkan di pinggir pasir laut untuk mencari ayahnya.
Semenjak kecil ia tidak pernah melihat ayahnya. Ia mengenal ayahnya lewat cerita yang pernah dituturkan oleh ombak yang menerjang batu karang atau bisikkan angin yang menranggaskan daun jati.
Konon, ayahnya adalah seorang pelaut ulung yang tak gentar melawan badai dan terjangan ombak. Ia sering berlayar dengan perahu seorang diri. Hingga pada suatu kali perahu yang ditumpanginya menabrak karang dan hancur berkeping-keping saat badai mengaduk-aduk permukaan laut.
Lelaki itu akhirnya terdampar pada sebuah pulau kecil dan indah. Tidak ada yang pernah tahu dimana letak pulau itu. Kau tidak akan pernah menemukan pulau itu di dalam peta. Bahkan satelit terjanggih pun tidak akan pernah bisa menangkap seonggok pulau yang terdapat dalam cerita ini.
Menurut cerita, pulau itu bisa timbul dan tenggelam di permukaan. Pulau itu disebut oleh mereka, yang percaya, dengan sebutan Pulau Bidadari. Sesuai dengan namanya, pulau itu dihuni oleh para bidadari cantik — duyung. Pulau itu hanya muncul pada malam hari, yaitu tepatnya pada malam bulan purnama. Begitulah kiranya yang dikatakan penduduk setempat yang pernah melihat kemunculan pulau itu.
Orang yang dapat melihat pulau itu, menurut kepercayaan mereka, hidupnya akan selalu beruntung dan segala sesuatu yang dikerjakan akan selalu berhasil. Maka, tidak jarang orang menunggu kemunculan pulau itu. Dan, tak satupun berhasil.
Pernah seorang nelayan yang sedang menebar jaring melihat keindahan pulau itu. Kata mereka, pulau itu memiliki pohon-pohon yang berbuah, ada bebatuan-bebatuan yang bersinar seperti berlian ketika cahaya rembulan menerpanya, juga pasir yang seputih gula tempat para duyung menjemur diri di bawah cahaya rembulan.
Telanjang?
Tentu saja mereka tidak mengenakan be ha atau apa sejenisnyalah! Jelasnya, mereka tidak memakai sehelai benangpun di tubuhnya. Kalau tertangkap polisi, bisa-bisa kena denda karena melanggar UUP, begitu celoteh seseorang yang kini sedang duduk mendengarkan ceritaku bersama dengan yang lainnya. Tawa memekak sejenak, tetapi sesaat kemudian mereka kembali mendengarkan ceritaku.
Seseorang dari mereka memintaku untuk menceritakan bagian bentuk tubuh para duyung yang sedang bertelanjang. Aku menjelaskan kepada mereka bahwa duyungpun memiliki sepasang payudara dengan lingkar putting di tengahnya, mereka juga memiliki pusar. Rambut mereka kesemuanya panjang, dan sudah menjadi kebiasaan duyung yang selalu membiarkan rambut panjangnya tergerai jatuh tertiup angin di atas pundaknya yang langsat.
Mereka juga menstruasi setiap bulan. Kalau mereka sedang menstruasi, bau mereka sangat amis. Sudah menjadi kebiasaan para duyung, jika salah satu dari mereka sedang menstruasi, mereka harus menyendiri dan mensucikan diri di sebuah tempat pensucian.
Tidak ada duyung lelaki, begitu jawabku ketika salah satu dari pendengar ceritaku bertanya apakah ada duyung lelaki yang menggauli para duyung perempuan sehingga mereka bisa berkembang biak. Tidak, kutegaskan lagi, bahwa duyung tidak bersuami. Sebuah fenomena yang unik memang. Setiap duyung akan hamil dengan sendirinya. Siklus menstruasi itu berlangsung setiap dua sampai tiga bulan sekali. Sedangkan pada usia tertentu para duyung akan mengeluarkan cairan berwarna ungu, dan itu bukan darah. Itu adalah ketuban yang pecah, sebuah pertanda bahwa duyung tersebut sudah dewasa. Sembilan bulan kemudian, bisa dipastikan bahwa duyung itu akan melahirkan seorang anak.
Duyungpun bisa mandul. Biasanya para duyung akan mengasingkan duyung yang mandul. Duyung yang mandul akan membawa kesialan. Dalam seumur hidup, duyung dapat melahirkan tiga sampai empat anak.
Lalu, dimana letak rahim duyung itu? Tanya seseorang pendengar ceritaku yang sedari tadi lebih tertarik bertanya mengenai seksualitas dari pada inti ceritaku. Tapi, sebagai pencerita yang baik aku harus menjawab semua pertanyaan yang muncul di benak para pendengar. Aku mengatakan kepadanya bahwa rahim duyung sama halnya dengan rahim manusia.
Bisakah kau ceritakan kepada kami kembali mengenai seorang perempuan yang bertelanjang kaki menapaki pasir di pinggir laut untuk mencari ayahnya?
Tentu saja! Aku menjawabnya dengan penuh semangat. Semuanya berawal dari seorang pelaut yang gagah berani dan tubuhnya yang terdampar di Pulau Bidadari. Seekor duyung menemukan sesosok tubuh tengah terkulai di pasir. Duyung itu kemudian membawanya ke rumah. Dengan wajah menahan gemetar, duyung itu menunggu lelaki di depannya sadar.
Ia gemetar karena ia tahu bahwa resiko yang diambilnya terlalu besar. Ada sebuah peraturan yang musti dijalani oleh para duyung. Mereka dilarang memiliki perasaan cinta kepada manusia (lebiih-lebih lelaki). Mencintai lelaki adalah perbuatan haram dan dosa. Membiarkan perasaannya mencintai lelaki sama saja dengan menzinakan diri. Dan, hal ini adalah perilaku yang rendah di kalangan kehidupan para duyung.
Tapi, perempuan itu, duyung itu, mempunyai perasaan keduyungan, seperti halnya manusia yang punya rasa kemanusiaan. Rasa keduyungannya itulah yang mengantarkan dirinya untuk berbuat hal demikian
Kedua mata perempuan itu hendak terkatup ketika dirinya terkejut lelaki di depannya mulai sadar. Lelaki itu bertanya dimanakah kini dirinya berada. Dengan tersenyum ia menjelaskan dimana lelaki itu kini berada. Senyum itulah yang membuat lelaki itu merasa pengembaraannya sudah selesai di sini.
Beberapa bulan lelaki itu tinggal di rumah duyung tanpa harus pergi ke luar. Ia hanya menyelesaikan sampan. Sebenarnya lelaki itu hendak meminang duyung itu menjadi istri, tetapi adat di Pulau Bidadari adalah mereka tidak diperbolehkan menikah dengan manusia. Lelaki itupun pernah berkata untuk mengambil seluruh resiko, tetapi perempuan itu tetap pada pendiriannya.
Pada suatu malam, duyung itu menjelma menjadi seorang perempuan yang ayu. Tubuhnya yang indah terbungkus kain yang terbuat dari serat terhalus. Ia membawakan beberapa buah-buahan yang dipetiknya di pulau itu untuk lelaki yang pernah diselamatkan.
Ketika menatap mata perempuan itu, ada semacam kobaran api yang menjelma menjadi hasrat yang kuat. Wajah perempuan itu menunduk, sambil sesekali mencuri tatap ke wajah lelaki di depannya. Dengan menahan wajah gemetar, perempuan itu memutuskan untuk segera pergi dari ruangan. Namun, tiba-tiba pergelangan tangannya merasakan sentuhan telapak tangan lelaki. Ada gemetar yang tak bisa diucapkan atau dijelaskan.
“Ikutlah pergi bersamaku, sampanku hampir selesai.” Kata lelaki.
“Tidak, aku harus tetap di sini.” Perempuan itu menjawab dengan muka yang disembunyikan dari tatapan mata lelaki.
Lelaki itu mengangkat dagu perempuan itu dengan lembut dan pelan. Di mata perempuan itu juga menyala sebuah kobaran api yang tersulut dari tatapan mata lelaki di depannya. Di hatinya sempat terlintas nyala ragu, tetapi ia juga tidak bisa menyembunyikan apa yang diisyaratkan hatinya kepada lelaki itu. Ia menyerahkan seluruh tubuh dan jiwanya saat bibir lelaki itu mengecup lembut keningnya. Dan, tubuh mereka bersatu dalam bayang-bayang lukisan cahaya lilin yang berkerebat tertiup semilir angin.
***
Sepandai-pandai tupai melompat, akan jatuh juga. Begitu juga sepandai-pandainya perempuan itu menyembunyikan lelaki yang diselamatkan, pastilah akan ada yang mendapatinya.
Kabar melesat secepat mata angin lepas dari busur cakrawala. Seluruh penghuni Pulau Bidadari menjadi gempar.
“Kau harus pergi sekarang!” kata perempuan kepada lelaki.
“Aku akan membawamu.”
“Dengarkanlah, dunia kita berbeda. Kita tercipta sebagai siang dan malam, kita adalah utara dan selatan. Kita jauh berbeda, adat kita berbeda. Pergilah, jika kau memang mencintai diriku. Aku terlahir di sini dan akan tetap di sini. Apapun yang akan terjadi. Cepatlah sudah tidak ada waktu lagi!”
“Apa peduli adat dengan kehidupan, apa gunanya adat yang jika selalu ada yang dirugikan?”
Lelaki yang gagah berani itu sebenarnya tidak mau meninggalkan kekasihnya seorang diri menghadapi maut yang mengintai di balik pepohonan bakau. Perempuan itu memohon, peluhnya mengalir di pipi seperti mata air yang mengalir di sungai kering. Melihat cahaya kepercayaan di mata kekasihnya, lelaki itu menuruti apa yang diharapkan perempuan yang kini telah menjadi detak untuk jantungnya dan pelabuhan untuk sampan retaknya.
Sebelum lelaki itu pergi, perempuan itu memberikan buntalan kain saputangan kepada lelaki yang di dalamnya terdapat puluhan butir mutiara, sehelai benang, dan sebuah jarum. Perempuan itu berharap bahwa kelak jika lelaki itu sudah tiba di daratan, lelaki itu mau menyulam mutiara itu dengan jarum dan menyatukan mutiara itu dalam sehelai benang. Apabila pada suatu hari ada seorang perempuan yang berambut panjang sedang berjalan di pasir pinggir laut dengan sepasang kaki telanjang, perempuan itu berpesan agar lelaki itu mau mengalungkan rangkaian mutiara di lehernya.
“Nyanyikanlah setiap subuh lagu ini,” kata perempuan dengan wajah yang terurai air mata “Duhai anakku kemarilah. Datanglah kepada ayah. Kehidupan laut yang kejam semoga cepat berlabuh di daratan. Datanglah kepada ayah, dekatkan wajahmu, biar kukalungkan rangkaian mutiara dari ibumu sebagai cindera mata. Segala dosa dan hina, biarlah ayah-ibu yang bawa. Biarlah masa lalu itu berlalu anakku, tetaplah melangkah pada jalan di depanmu, hingga malaikat yang memangku rembulan bosan menggiling roda waktu.”
Akhirnya lelaki itupun pergi bersama sampan yang di seret gelombang. Ingin rasanya perempuan itu berlari menarik kembali gelombang dan membawa kembali jantungnya yang kini pergi bersama lelaki yang telah hilang di telan gelombang.
Perempuan itu berusaha menguasai diri. Namun, semakin ia mencoba untuk menerima kenyataan, hatinya semakin rapuh dan hancur berkeping-keping seperti sampan yang diamuk badai. Kenapa pertemuan itu selalu dibatasi oleh perpisahan?
Dihadapan Raja Laut-Yang-Diagungkan, perempuan itu menyerahkan diri sebagai perempuan dosa dan hina. Tali sebesar dua ibu jari telah mengikatpaksa pergelangan tangannya yang langsat. Pun seutas rantai telah berkalung dilehernya yang kini penuh dengan luka, sehingga tak satupun mata yang bisa membedakan antara bekas luka dan bekas sepasang bibir lelaki yang kini entah berada di mana.
Perempuan itu di seret dengan tangan terikat dan leher terjerat menuju Batu Peradilan. Raja laut-Yang-Diagungkan menatap duyung yang kini bersimpuh di hadapannya itu dengan tenang. Kemudian, raja itu menyuruh pengawal melakukan hukuman yang sudah menjadi adat perlautan secara turun-temurun. Perempuan itu harus diasingkan di Lembah Laut dan di rajam. Tempat itu adalah seburuk-buruknya tempat yang berada di muka bumi ini. Makhluk-makhluk buas bisa menjelma apa saja di sana. Kata semua orang, tak pernah ada yang pernah bisa kembali dengan selamat dari tempat yang terkutuk itu.
Ceritakanlah sekarang, kami mohon.
Semua pendengar mengarahkan tatapan harapan kepadaku, setelah kukatakan kepada mereka aku tak mau melanjutkan cerita ini. Untuk sejenak tidak ada yang berkata. Suasana hening. Seolah daun-daun pepohonanpun terdiam menunggu keputusan yang akan keluar dari sepasang bibirku.
Ceritakanlah lagi, kami mohon. Kami menunggu nasib perempuan itu dari cerita yang kau tuturkan.
Setelah tiga bulan berlalu, perempuan itu kembali. Seluruh pendengar ceritaku bersorai gembira. Lalu?
Lalu semua penghuni laut sangat terkejut. Semua benak seolah dijejali dengan puluhan pertanyaan dan sebuah tanda tanya besar tentang bagaimana perempuan itu bisa lolos dari maut.
Menurut cerita, perempuan yang tengah mengandung jabang bayi dalam perutnya itu kehilangan sebelah tangannya ketika melawan salah satu makhluk buas di Lembah Laut. Dan perempuan itu bersimpuh di hadapan raja laut. Perempuan itu pasrah terhadap takdir yang sudah tergaris dalam hidupnya.
Mendengar hal itu raja laut tidak menjatuhkan hukuman kepada perempuan itu. Raja Laut-Yang-Diagungkan itu menyuruhnya kembali ke rumahnya menunggu bayi dalam kandungannya lahir, barulah hukuman selanjutnya akan dilaksanakan. Setelah mengucapkankan terima kasih duyung itu meninggalkan tempatnya berdiri yang menjadi tatapan pulahan mata.
Kabar kembali menjelma menjadi arah mata angin yang melesat dari busur cakrawala mengabarkan bahwa seorang bayi perempuan telah lahir. Dari sorot matanya, kecantikan bayi itu tak akan pernah ada yang sanggup menandinginya. Bahkan seluruh kecantikan yang dimiliki penjuru samudra tak akan pernah mampu mengimbanginya.
Perempuan itu kembali ke raja laut untuk menepati janjinya. Perempuan itu bersimpuh di hadapan raja laut dengan bayi yang terbungkus kain dan tengah tertidur di dekapan dadanya. Raja Laut sangat takjub melihat pemandangan di wajah bayi itu. Raja Laut itu menyuruh bayi duyung untuk dibawa pulang dan menyuruh datang kembali setelah bayi itu berhenti menyusu.
Waktu menyusu sudah berlalu, duyung kembali dan menepati janjinya untuk menerima hukuman. Dengan penuh kasih sayang dan kelembutan, duyung melepas bayinya yang tengah tidur ke dekapan perempuan lain yang dipercayainya. Dan, hukuman mesti dijalankan.
Pengawal menanam tubuh duyung itu hingga tampak leher dan kepalanya. Hukuman bagi perempuan yang melakukan dosa dan zina adalah dilempar batu kepalanya oleh seluruh penghuni laut. Perempuan itu menerima dengan penuh keikhlasan. Setiap batu yang mengukir luka dan darah di kepalanya tidak dirasakan sebagai hukuman yang pedih dan menyakitkan, tetapi adalah sebentuk pengorbanan untuk cinta dan agar jika saatnya ia kembali kepada Rabbnya dalam keadaan suci.
Jauh di celah ruang hati perempuan itu telah terbentuk semakna cinta. Baginya, cinta tidak hanya sebentuk rasa bahagia, namun juga goresan luka penuh dengan lara. Hingga bebatuan itu berserak di antara sebuah kepala yang kini terkulai luka dan darah. Sebuah isyarat telah disampaikan bahwa hukuman telah selesai. Semua orang pergi dengan langkah yang seolah tak pernah ada yang terjadi..
Tak pernah ada yang tahu kelanjutan kisah ini, hingga kita yang duduk di sini sering melihat seorang perempuan berjalan di pinggir laut dengan rambutnya yang lepas dari sampul sanggul dan ia berjalan dengan sepasang kaki telanjang yang ombak pasang selalu menghapus jejak kaki itu, seolah alampun berduka dengan sebait kisah kehidupan dan menyembunyikannya di balik waktu yang berlalu. Dan jika ada yang bertanya tentang ayah perempuan itu, akan kukatakan sebagai penutup cerita, tak pernah ada yang tahu.

Cerpen

Blog ini secara khusus hadir untuk membahas masalah sastra, pendidikan, film, dan humaniora. Anda diperkenankan mengunduh isi di blog baik tanpa izin maupun tanpa seizin tertulis dari redaktur www.lubisgrafura.wordpress.com. Namun, saya selaku redaktur, akan sangat berterima kasih jika para pengunduh file dari blog ini bersedia mencatumkan sumber blog apabila mengutipnya.
Dengan blog ini, saya mencoba memberikan konsultasi pelajaran bahasa Indonesia. Bagi yang berminat, silakan ketik pertanyaannya di POSTINGAN di bawah ini.
Mari, kita turut mencerdaskan kehidupan bangsa sedekat dan sekecil apapun yang bisa kita lakukan.
Satu blog, segala ilmu!